jawabmemperpanjang kasus kelangkaan berbagai satwa primata di Indonesia. Perburuan liar merupakan kasus yang belum dapat dihentikan sampai saat ini, karena beberapa spesies satwa primata dijadikan sumber protein hewani sebagian besar penduduk, terutama di kepulauan Sulawesi (Santosa 2015). Disisi lain hewan ini kerap menjadi hama bagi petani, lidyawati32 lidyawati32 Geografi Sekolah Menengah Atas terjawab Iklan Iklan Dimasogi Dimasogi Adalah fenomena manusia yg mengakibatkan hewan langkah karena diburu jawabanya biosfer? Yang membedakan antara geografi dengan ilmu yang lain adalah .... Biosfer adalah unsur kehidupan non manusia yang ada dibumi, terutama mengenai hewan dan tmbuh-tumbuhan. Iklan Iklan Pertanyaan baru di Geografi Sejak tahun 1972 hingga 1991, tercatat 29 letusan gunung, umumnya di Pulau Jawa. Dua letusan gunung terbesar dalam sejarah modern terjadi di Indonesia … . Sebutkan 2 nama letusan gunung terbesar itu serta tahunnya...​ 1. ASEAN didirikan oleh lima negara, melalui....2. sungai belait merupakan sungai terpanjang di....3. Anoa Bubalus depressicornis , adalah salah sa … tu fauna endemik dari....​ Cara untuk menganalkan kesenian tradisional Indonesia yakni EQ Tugas 1. Buatlah pemodelan 3D sederhana menggunakan fitur Line dan Shapes pada SketchUp Web.​ Jelaskan bagaimana pola angin tersebut dapat mempengaruhi musim di Indonesia...​ Sebelumnya Berikutnya Iklan
Fenomenatersebut merupakan fenomena yang terjadi di lingkungan mikro, lalu bagaimanakah persebaran flora dan fauna di seluruh dunia Persebaran flora dan fauna di Indonesia sangat dipengaruhi sejarah geologi Indonesia (seperti yang telah dijelaskan di hal 6). Bagian ini kaya akan berbagai spesies flora, seperti Dipterocarpaceae
Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km 2 yang terletak diantara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar buah yang panjang garis pantainya sekitar km. Kondisi geografis tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Negara Indonesia termasuk negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies pohon di Indonesia dinyatakan terancam punah, termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali Barat, dan Sumbawa, kayu hitam di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada sekitar 58 spesies tumbuhan yang berstatus dilindungi. Keywords keanekaragaman hayati flora, megabiodiversitas, tingkat kepunahan, tumbuhan dilindungi, tumbuhan langka Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Available online at Vol. 5No. 2 Desember 2015 187-198 e-ISSN 2460-5824 doi 187 KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA DI INDONESIA The Biodiversity of Flora in Indonesia Cecep Kusmanaa, Agus Hikmatb aDepartemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 ― ckusmana b Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Abstract. Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km2 yang terletak diantara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar buah yang panjang garis pantainya sekitar km. Kondisi geografis tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Negara Indonesia termasuk negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies pohon di Indonesia dinyatakan terancam punah, termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali Barat, dan Sumbawa, kayu hitam di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada sekitar 58 spesies tumbuhan yang berstatus dilindungi. Keywords keanekaragaman hayati flora, megabiodiversitas, tingkat kepunahan, tumbuhan dilindungi, tumbuhan langka Diterima 09-10-2015; Disetujui 03-11-20151. Pengertian Istilah Istilah flora diartikan sebagai samua jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah tertentu. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan life-form bentuk hidup/habitus tumbuhan, maka akan muncul berbagai istilah seperti flora pohon flora berbentuk pohon, flora semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan nama tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti Flora Jawa, Flora Gunung Halimun, dan sebagainya. Sesuai dengan kondisi lingkungannya, flora di suatu tempat dapat terdiri dari beragam jenis yang masing-masing dapat terdiri dari beragam variasi gen yang hidup di beberapa tipe habitat tempat hidup. Oleh karena itu, muncullah istilah keanekaragaman flora yang mencakup makna keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik dari jenis, dan keanekaragaman habitat dimana jenis-jenis flora tersebut tumbuh. Dalam tulisan ini penulis hanya akan menyampaikan sekilas pandang mengenai keanekaragaman flora pada tingkatan jenis dan habitatnya di Indonesia. 2. Sejarah Singkat Persebaran Geografi Flora di Indonesia Pola persebaran flora di Indonesia sama dengan po-la persebaran faunanya yang berpangkal pada sejarah pembentukan daratan kepulauan Indonesia pada masa zaman es. Pada awal masa zaman es, wilayah bagian barat Indonesia Dataran Sunda Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan menyatu dengan benua Asia, se-dangkan wilayah bagian timur Indonesia Dataran Sahul menyatu dengan benua Australia. Dengan demikian, wilayah Indonesia merupakan daerah migrasi fauna dan flora antar kedua benua tersebut. Selanjutnya, pada akhir zaman es, dimana suhu per-mukaan bumi meningkat, permukaan air lautpun naik kembali, sehingga Pulau Jawa terpisah dari benua Asia, Kalimantan, dan Sumatera. Begitu pula pulau-pulau lainnya saling terpisah satu sama lain. Hasil penelitian biogeografi hewan oleh Wallace menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan yang hidup di wilayah bagian barat Indonesia berbeda dengan jenis-jenis hewan di wilayah bagian timur Indonesia, ba-tasnya kira-kira dari Selat Lombok ke Selat Makassar. Garis batas ini dikenal dengan Garis Wallace. Selain Wallace, peneliti berkebangsaan Jerman, Weber, mengadakan penelitian tentang biogeografi fauna di Indonesia, yang hasilnya mencetuskan Garis Weber yang menetapkan batas penyebaran hewan dari benua Australia ke wilayah bagian timur Indonesia. Berdasarkan hasil proses pembentukan daratan wilayah Indonesia serta hasil penelitian Wallace dan Weber, maka secara geologis, persebaran flora begitu pula fauna di Indonesia dibagi ke dalam 3 wilayah, yaitu 1. Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Su-matera, Kalimantan, dan Bali. Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia ka-rena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri flora benua e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 2 187-198 188 Asia, disebut juga flora Asiatis yang didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku Dipterocarpaceae. 2. Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan pu-lau-pulau kecil di sekitarnya. Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh benua Australia, biasa disebut flora Australis yang didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku Araucariaceae dan Myrtaceae. 3. Flora Daerah Peralihan Daerah Wallace yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan Australia, yang mana jenis tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh jenis dari suku Arau-cariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae. Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia merupakan bagian dari flora Malesiana. Ditinjau dari wilayah biogeografi, setidaknyaterdapat tujuh wilayah biogeografi utama Indonesia yang menjadi wilayah penyebaran berbagai spesies tumbuhan, yaitu Sumatra, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya BAPPENAS 1993.Berdasarkan tingkat kekayaan relatif dan keendemikan spesies tumbuhan, maka Irian Jaya Pa-pua menempati posisi paling tinggi dibandingkan dengan wilayah biogeografi lainnya, diikuti Kaliman-tan dan Sumatera Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan kekayaan spesies dan keaslian endemisme spesies tumbuhan di tujuh wilayah biogeografi Indonesia Persentase spesies endemik Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Sunda Kecil Maluku Irian Jaya Papua 820 630 900 520 150 380 1030 Sumber FAO/MacKinnon 1981 Berdasarkan habitatnya, penyebaran tersebut selain di kawasan budidaya sebagian besar terdapat di dalam kawasan hutan. Untuk tumbuhan obat misalnya, sekitar 42% terdapat di hutan hujan tropika dataran rendah, 18% di hutan musim, 4% di hutan pantai dan 3% di hutan mangrove. Untuk jenis paku-pakuan, tercatat penyebarannya di Sumatera sebanyak 500 spesies, Kalimantan spesies, Jawa-Bali/NTB/NTT 500 spesies, Sulawesi 500 spesies, Kepulauan Maluku 690 spesies dan Papua spesies. Perkiraan jumlah spesies di setiap wilayah penyebaran tersebut boleh jadi ada tumpang tindih antara satu pulau dengan lainnya, namun ada juga spesies endemik Kato dalam Santosa 1996. 3. Sumberdaya Flora di Indonesia Keanekaragaman Spesies Flora Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara dua benua Asia dan Australia dan dua Samudera Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang terdiri atas sekitar pulau dengan panjang garis pantai sekitar km. Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 2 juta km2 daratan, dan 7 juta km2 lautan. Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi, namun mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi. Untuk tumbuhan, Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Famili tumbuhan yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Orchidaceae anggrek-anggrekan yakni mencapai spesies. Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili Dipterocarpaceae memiliki 386 spesies, anggota famili Myrtaceae Eugenia dan Moraceae Ficus sebanyak 500 spesies dan anggota famili Ericaceae sebanyak 737 spesies, termasuk 287 spesies Rhododendrom dan 239 spesies Naccinium Whitemore 1985 dalam Santoso 1996. Kartawinata 2005 melaporkan beberapa hasil studi mengenai keragaman jenis tumbuhan pada berbagai tipe vegetasi/hutan di beberapa pulau utama Indonesia seperti tertera pada Tabel jenis tumbuhan pada berbagai tipe vegetasi/hutan di beberapa pulau utama Indonesia Karrtawijaya et al. in Prep. Kartawinata unpublished Kartawinata et al. 1981 JPSL Vol. 5 2 187-198, Desember 2015 189 Purwaningsih & Amir 2001 Whitmore & Sidiyasa 1986 Purwaningsih & Yusuf 2005 Purwaningsih & Yusuf 2005 Purwaningsih & Yusuf 2005 Polosokan & Siregar 2001 Polosokan & Siregar 2001 Polosokan & Siregar 2001 Polosokan & Siregar 2001 e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 2 187-198 190 Partomihardjo & Supardiyono 1993 Supiori 2-Flat ridge Mirmanto & Simbolon 1998 Mirmanto & Simbolon 1998 Mirmanto & Simbolon 1998 Mirmanto & Simbolon 1997 Mirmanto & Simbolon 1997 Mirmanto & Simbolon 1997 Mirmanto & Simbolon 1997 Gunung Gede-Pangrango JPSL Vol. 5 2 187-198, Desember 2015 191 Suhardjono & Wiriadinata 1984 Purwaningsih & Amir 2001 Purwaningsih & Amir 2001 Untuk jenis paku-pakuan, Indonesia juga tercatat memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi mencapai lebih 4000 spesies tersebar hampir di seluruh wilayah jenis rotan, tercatat ada sekitar 332 spesies terdiri dari 204 spesies dari genera Calamus, 86 spesies dari genera Daemonorps, 25 spesies dari genera Korthalsia, 7 spesies dari genera Ceratolobus, 4 spesies dari genera Plectocomia, 4 spesies dari genera Plectocomiopsis dan 2 spesies dari genera Myrialepsis. Selain itu banyak juga jenis-jenis keanekaragaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat di Indonesia. Menurut catatan WHO sekitar spesies tumbuhan dipergunakan oleh penduduk dunia sebagai obat. Zuhud & Haryanto 1994 mencatat ada sekitar spesies tumbuhan yang secara pasti diketahui berkhasiat obat. Indonesia juga tercatat sebagai salah satu pusat Vavilov yaitu pusat sebaran keanekaragaman genetik tumbuhan budidaya/pertanian untuk tanaman pisang Musa spp. pala Myristica fragrans, cengkeh Syzygium aromaticum, durian Durio spp. dan rambutan Nephelium spp. Hutan Indonesia juga diketahui memiliki keanekaragaman jenis pohon palem Arecaceae tertinggi di dunia, lebih dari 400 spesies 70% pohon meranti Dipterocarpaceae terbesar di dunia sebagai jenis kayu tropika primadona, dan memiliki 122 spesies bambu dari spesies bambu yang tumbuh di bumi. Tingginya kekayaan keanekaragaman tumbuhan tersebut juga ditunjukkan oleh kekayaan di hutan Kalimantan. Misalnya, dalam satu hektar dapat tumbuh lebih dari 150 spesies pohon yang berlainan, tercatat spesies pohon, serta memiliki 19 dari 27 spesies durian yang terdapat di kawasan Melanesia. Indonesia juga memiliki lebih dari 350 jenis rotan dan merupakan penghasil ¾ rotan dunia. Meskipun dari jumlah spesies tumbuhan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kekayaan tumbuhan yang tinggi, namun sayang potensi sumberdaya genetik yang terkandung di dalamnya belum diketahui semuanya. Hanya sebagian kecil spesies tumbuhan yang telah diketahui informasi sumberdaya genetiknya, terutama untuk jenis-jenis yang telah dikembangkan pemanfaatannya secara komersial. Status Kelangkaan Eksploitasi terhadap keanekaragaman hayati, penebangan liar, konversi kawasan hutan menjadi areal lain, perburuan dan perdagangan liar adalah beberapa faktor yang menyebabkan terancamnya keanekaragaman hayati. Untuk mendorong usaha penyelamatan sumberdaya alam yang ada, dan adanya realitas meningkatnya keterancaman dan kepunahan sumberdaya hayati, maka ditetapkan adanya status kelangkaan suatu spesies. Indonesia merupakan negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia dan merupakan hot-spot kepunahan satwa. Tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang merupakan spesies sedikit 52 spesies keluarga anggrek, 11 spesies rotan, 9 spesies bambu, 9 spesies pinang, 6 spesies durian, 4 spesies pala, dan 3 spesies mangga Mogea et al. 2001.Selain itu ada 44 spesies tanaman obat dikategorikan langka, seperti e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 2 187-198 192 pulasari, kedawung, jambe, pasak bumi, gaharu, sanrego Rifai et al. 1992; Zuhud et al. 2001 Tabel 3. Dari catatan lain untuk dunia flora, juga diketahui sekitar 36 spesies kayu di Indonesia terancam punah, termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali Barat dan Sumbawa, kayu hitam di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa. Pakis haji Cycas rumphii yang pernah populer sebagai tanaman hias kini sulit ditemukan di alam, demikian pula Pakis hias Ponia sylvestris, Anggrek jawa Phalaenopsis javanica dan sejenis rotan Ceratobulus glaucescens kini hanya tinggal beberapa batang di pantai selatan Jawa Barat. Bahkan Whitten 1994 dalam Suhirman et al.1994 menduga bahwa tiga spesies anggrek endemik Jawa telah punah, yaitu spesies Habenaria giriensis, Plocoglottis latifolia dan Zeuxine tjiampeana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Tahun 1999 terdapat tidak kurang dari 58 spesies tumbuhan yang termasuk kedalam 6 famili termasuk kategori dilindungi, diantarannya yaitu keluarga talas-talasan miss. Amorphohalus titanum, palem Ceratolobus glaucencens, anggrek Phalaenopsis javanica, kantong semar Nephenthes spp., bunga patma Rafflesia spp dan meranti Shorea spp.. Daftar spesies tumbuhan yang dilindungi dapat dilihat pada Tabel spesies tumbuhan obat yang dikategorikan langka Sumber Rifai et al. 1992, Zuhud et al. 2001 Tabel 4. Spesies tumbuhan yang dilindungi Berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 Amorphophallus decussilvae JPSL Vol. 5 2 187-198, Desember 2015 193 Borrassodendron borneensis Johanneste ijsmania altifrons Palem kipas Sumatera semua jenis dari genus Livistona Rafflesia, Bunga padma semua jenis dari genus Rafflesia Dendrobium ostrinoglossum Grammatophyllum speciosum Paphiopedilum chamberlainianum Paphiopedilum glaucophyllum Paraphalaenopsis laycockii Anggrek bulan Kaliman Tengah Paraphalaenopsis serpentilingua Anggrek bulan Kaliman Barat e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 2 187-198 194 Kantong semar semua jenis dari genus Nephentes 4. Klasifikasi Ekosistem Kartawinata telah membuat bagan unit-unit ekosistem atau tipe-tipe ekosistem darat dan rawa yang ada di Indonesia. Tipe ekosistem dianggap unit-unit yang paling kecil dan dibentuk berdasarkan fisi-ognomi kenampakan struktur dan takson unit tak-sonomi yang khas atau dominan dari vegetasi yang dikombinasikan dengan faktor-faktor iklim dan ketinggian dari permukaan laut serta tanah. Faktor-faktor fisik lingkungan lainnya tidak dimasukkan ka-rena datanya kurang, lagipula perincian ekosistem dengan cirri-ciri vegetasi dan lingkungan dapat diang-gap cukup. Berdasarkan komposisi jenis masing-masing tipe ekosistem dapat saja terdiri dari unit-unit yang lebih kecil. Ekosistem hutan kerangas misalnya, mungkin tersusun dari unit komunitas Combretocar-pus-Dactylocladus dan Tristania-Cratoxylum. Menurut Klasifikasi Kartawinata 1976 ini, ada ti-ga tingkatan klasifikasi, yaitu Bioma, Subbioma, dan Tipe Ekosistem. Bioma dapat pula disebut sebuah ekosistem yang merupakan unit komunitas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri atas formasi vegetasi dan hewan serta makhluk hidup lainnya, baik yang sudah mencapai fase klimaks maupun yang masih dalam fase perkembangan. Di Indonesia dapat dikenal beberapa bioma, yaitu a Hutan Hujan, b Hutan Musim, c Savana, dan d Padang Rumput. Unit-unit ekosistem ini masih terlalu besar untuk digunakan dengan maksud-maksud khusus, sehingga memer-lukan pembagian yang lebih kecil lagi. Pembagian Bioma menjadi Subbioma didasarkan pada keadaan iklim, misalnya untuk Hutan Hujan dibedakan antara Hutan Hujan Tanah Kering dan Hu-tan Hujan Tanah Rawa permanen atau musiman. Adapun pembagian tipe-tipe ekosistem sebagai unit yang paling kecil dibentuk berdasarkan struktur fisi-ognomi, faktor-faktor iklim, ketinggian dari per-mukaan laut, dan jenis tanah. Khusus untuk flora pegunungan, van Steenis pada tahun 1972 dalam bukunya yang berjudul The Mountain Flora ofJava mengemukakan batas-batas orografik dari flora pegunungan Malesia seperti tertera pada Tabel 6. JPSL Vol. 5 2 187-198, Desember 2015 195 Tabel 5. Satuan-satuan ekosistem di Indonesia berdasarkan struktur fisiognomi, faktor-faktor iklim, ketinggian dari permukaan laut, dan jenis tanah Kartawinata 1976 Selalu basah sampai kering tipe D-F; curah hujan per tahun 700-2900 19 Hutan musim gugur daun mediteran merah kuning, renzina regosol, litosol Protium javanicum, Tectona grandis, Swietenia macrophylla, Pterocarpus, Garuga floribunda, Eucalyptus, Acacia cophioea, dsb. 20 Hutan musim selalu hijau Dryever green mediteran merah kuning, renzina regosol, litosol Schleicera oleaosa, Schoutenia ovata, Tamarindus indica, Albizia chinensis, dsb. Selalu basah sampai Sangat kering tengah tahun; Q=0-300 tipe A-F; cu-rah hujan per tahun 700-7100 21 Sabana pohon dan palma mediteran merah kuning, renzina regosol, litosol Borassus, Corypha, Acacia, Eucalyptus, Casua-rina/Themeda, Heterophagon, dsb. andosol, rego-sol, litosol Casuarina/Themeda, Pennistum, dsb. Selalu basah sampai Sangat kering tengah tahun; Q=0-300 tipe A-F; cu-rah hujan per tahun 700-7100 5. Padang rumput iklim basah 23 Padang rumput tanah rendah podsolik merah kuning, latosol, litosol Imperata cilíndrica, Saccharum spontaneum, Themeda vilosa, dsb. 24 Rawa rumput dan terna tanah rendah Panicum stangineum, Phragintes karka, Scirpus, Cyperus, Cladium, Fimbristylis, Eguisetum, Monochoria, Ischaemum, Eichornia crassipes, dsb. 25 Padang rumput pegunungan andosol, rego-sol, litosol Festuca, Agrostis, Themeda, Cymbopogon, Is-cheum, Imperata cylindrica, dsb. 26 Padang rumput berawa gunung Pragmites karka, Panicum, Machelina, Schipus, Cares, dsb. Deschamsia, Pesluca, Manostachya, Aulacole-pis, Oreobolus, Scirpus, Potentilia, Ranyneolus, JPSL Vol. 5 2 187-198, Desember 2015 197 28 Komunitas dan lumut kerak Lumut-lumut kerak, Agrastis, dsb. 6. Padang rumput iklim kering 29 Padang rumput iklim kering mediteran merah kuning, regosol, litosol, renzina Themedia, Heteropogon, dsb. e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. 5 2 187-198 198 Tabel 6. Batas-batas orografik dari flora pegunungan Malesia ZONA LITORAL lamun dan alga BARRINGTONIA & GUMUK PASIR Hutan tertutup berbatang pohon tinggi dan miskin akan lumut Hutan tertutup berbatang pohon tinggi di atas elevasi 2000 m, den-gan diameter batang yang bertam-bah kecil dan lumut yang bertambah banyak Hutan rapat rendah dengan pohon-pohon tinggi, menyendiri, sering berlumut, atau terdapat konifera Semak-semak rendah menyendiri atau berupa rumput atau konifera GURUN BATU Dengan lumut, lumut kerak dan beberapa Fanerogam, terutama rumput dan teki VEGETASI TERNA ALPIN ALAMI Daftar Pustaka [1] Abdulhadi R, Kartawinata K, Sukardjo S. 1981. Effect on mechanized logging in the lowland dipterocarp forest at Lempake, East Kalimantan. Malaysian Forester 44 407-418. [2] Abdulhadi R, Mirmanto E, Kartawinata K. 1987. A lowland dipterocarp forest in Sekundur, North Sumatra, Indonesia five years after mechanized logging. Pp. 255-237 in Kostermans, AJGH. 9Ed. Proceedings of the Third Round Table Conference on Dipterocarps. UNESCO/ROSTSEA, Jakarta. [3] Abdulhadi R, Mirmanto E, Yusuf R. 1989. Struktur dan komposisi petak hutan Dipterocarpaceae di Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser. Ekologi Indonesia 129-36. [4] Abdulhadi R, Yusuf R, Kartawinata K. 1991. A riverine tropical rain forest in Ketambe, Gunung Leuser National Park, Sumatra, Indonesia. In Soerianegara I, Tjitrosomo SS, Umaly RC, Umboh I. Eds.. 1991. Proceeding of the fourth round-table conference on dipterocarpus. BIOTROP Special Publication No. 41 247-255. [5] Abdulhadi R, Srijanto A, Kartawinata K. 1998. Composition, structure, and changes in a montane rain forest at the Cibodas Biosphere Reserve, West Java, Indonesia. Pp. 601-612 in Dallmeier F and Comiskey JA Eds.. 1998. Forest biodiversity research, monitoring, and modeling. Conceptual background and Old World case studies. Man and the Biosphere Series Vol. 20, UNESCO, Paris. [6] Abdulhadi. 1992. Floristic change in a sub-tropical rain forest succession. Reinwardita 11 13-23. [7] Anderson JAR. 1976. Observation on the ecology of five peat swamp forest in Sumatera and Kalimantan. In Proceedings ATA 106 Midterm Seminar on Peat and Podzolic Soils and their Potential for Agriculture in Indonesia. Soil Research Institute, Bogor. [8] [BAPPENAS] Badan Perencana Pembangunan Biodiversity Action Plan for Indonesia. Jakarta BAPPENAS. [9] Bratawinata AA. 1986. Bestandesgliederung eines bergenwaldes in Ostkalimantan/Indonesien nach floristischen undstrukturellen Markmalen [Disertasi]. Georg-Augus-Universitat Gottingen, Germany. [10] Kartawinata K, Abdulhadi R, Partomihardjo T. 1981. Composition and structure of a lowland dipterocarp forest at Wanariset, East Kalimantan. Malaysian Forester 44 397-406. [11] Kartawinata K, Afriastini JJ, Heriyanto M, Samsoedin I. 2004. A tree species inventory in the Batang Gadis National Park, North Sumatra, Indonesia. Reinwardtia 12 2004. [12] Kartawinata K. 2005. Six decades of natural vegetation studies in Indonesia. Hal. 95-140 dalam Soemodihardjo S dan Sastrapradja Ed., Six Decades of Science and Scientist in Indonesia. Naturindo, Bogor. [13] Mansur M, Wardi. 2004. Penelitian ekologi tumbuhan di sekitar G. Wani, SMS Buton Utara, Sulawesi Tenggara. Lap. Teknik. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. JPSL Vol. 5 2 187-198, Desember 2015 199 [14] Mansur M. 2003. Analisis vegetasi hutan di Desa Salua dan Kaduwaa Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. 41 1-7. [15] Mirmanto E, Simbolon. H. 1998. Vegetation analysis of Citorek forest, Gunung Halimun National Park 41-59. In Simbolon H, M Yoneda, Sugardjito J. Eds. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia, vol. IV – Gunung Halimun the Last Submontane Tropical Forest in West Java. LIPI, JICA, & PHPA, Bogor. [16] Mogea JP, Gandawidjaja D, Wiriadinata H, Nasution RE, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Herbarium Bogoriense P3 Biologi-LIPI, Bogor. [17] Partomihardjo T. 1991. Analisis vegetasi hutan sekitar Air Garam, Jayawijaya. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati 1990/1991. Puslitbang Biologi, LIPI, Bogor. [18] Partomihardjo T, Supardiyono. 1993. Penelaahan ekologi kawasan hutanWanduga dan Jalur Wamens-Tengon Km 65, Jayawijaya, Irian Jaya 234-240. In Adikehrana, AS Waluyo EB, Yulistiono H Eds.. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayat. Puslitbang Biologi, LIPI, Bogor, 4 Juni 1993. [19] Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. [20] Rahayoe. 1996. Fisiognomi dan keanekaragaman jenis tumbuhan di Taman Nasional Gunung Halimun 1-9. In Arief AJ, et al. Eds.. Laporan Teknik Proyek Penelitian, Pengembangan dan Pendayagunaan Biota Darat Tahun 1995/1996. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor. [21] Rifai MA, Rugayah, Widjaja EA Eds.. 1992. Tiga Puluh Tumbuhan Obat Langka Indonesia. Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia, Bogor. [22] Riswan S. 1987. Structure and floristic composition of a mixed dipterocarp forest at Lempake, East Kalimantan. Pp. 435-457 in Kostermans AJGH Ed.. 1987. Proceedings of the third-round table conference on dipterocarps. UNESCO, Jakarta. [23] Sidiyasa K. 1995. Structure and composition of ulin Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binn. forest in West Kalimantan. Wanatrop 82 1-11. [24] Sist P, Saridan A. 1999. Stand structure and floristic composition of primary lowland dipterocarp forest in East Kalimantan. J. Trop. For. Sci. 11 704-722. [25] Van Steenis CGGJ, Hamzah A, Toha M. 1972. Mountain Flora of Java. E. J. De Brill, Leiden. [26] Whitemore TC, Sidiyasa K. 1986. Composition and structure of a lowland rain forest at Toraut, Northern Sulawesi. Kew Bull 41 747-756. [27] Whitemore TC, Sidiyasa K, Whitmore TJ. 1987. Tree species enumeration of hectare on Halmahera. Gardens Bulletin Singapore 4031-34. [28] Wielke P, Argent G, Cambell E, Saridan A. 2004. The diversity of 15 ha of lowland mixed dipterocarp forest, Central Kalimantan, Indonesia. Hydrology and Conservation 13 695-708. [29] Yamada I. 1975. Forest ecological studies of the montane forest of Mt. Pangrango, West Java. I. Stratification and floristic composition of the montane rain forest near Cibodas. The Southeast Asian Studies 13 402-426. [30] Yamada. 1976. Forest ecological studies of the montane forest of Mt. Pangrango, West Java. II. Stratification and floristic composition of the forest vegetation of the higher part of Mt. Pangrango. The Southeast Asian Studies 13 513-534. [31] Yamada I. 1977. Forest ecological studies of the montane forest of Mt. Pangrango, West Java. IV. Floristic along the altitude. The Southeast Asian Studies 15 226-254. [32] Zuhud EAM, Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. ... Indonesia is the largest archipelagic country in the world. The total area of Indonesia is 5,180,053 km 2 [1]. Indonesia is the largest archipelagic country in the world. ...... Indonesia is the largest archipelagic country in the world. The total area of Indonesia is 5,180,053 km 2 [1]. Indonesia is also one of the largest populations in the world. ...... Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversity di dunia Kusmana & Hikmat 2015;IBSAP 2016, termasuk floranya. Pada kondisi semakin berkurangnya luasan hutan dan upaya konservasi belum optimal, keanekaragaman flora diprediksi mengalami degradasi dengan laju cukup cepat. ...... Ada beberapa faktor yang menyebabkan jenis tumbuhan hanya tumbuh di suatu daerah tertentu, di antaranya faktor edafik, klimatik, dan genetik Posa et al. 58 2011. Sebagai contoh, ekosistem pada tanah kering biasanya mendukung keberadaan tumbuhan jenis asli dan langka dari marga Eusideroxylon, Diospyros, Manilkara dan Gonystylus Kusmana & Hikmat 2015. ... Marfuah WardaniNur Muhammad HeriyantoPenelitian autekologi Gonystylus macrophyllus dan G. velutinus telah dilakukan di kelompok hutan Sungai Lipai-Sungai Pelalawan, Riau pada bulan April 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, struktur tegakan, regenerasi, dan asosiasi pohon G. macrophyllus dan G. velutinus di kelompok hutan Sungai Lipai-Sungai Pelalawan, Riau. Pengumpulan data menggunakan plot bujur sangkar ukuran 100 x 100m 1 ha, dibagi menjadi 25 sub plot ukuran 20 x 20m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa G. macrophyllus dan G. velutinus dijumpai pada ketinggian antara 200 – 240 m dpl., di lereng bukit dengan topografi agak curam pada >10%, dan berkelompok. Komposisi vegetasi di sekitar pohon Gonystylus spp. yaitu pelajau Pentaspadon motleyii INP= 21,2%, rambutan hutan Nephelium lappaceum L. INP= 12,66% dan petatal Ochanostahys amentacea Mast. INP= 11,42%. Jenis yang berasosiasi paling kuat dengan G. macrophyllus dan G. velutinus adalah Pentaspadon motleyii, yang ditunjukkan oleh indeks Ochiai sebesar 0,63; diikuti Gironiera subaequalis Planch. indeks Ochiai 0,55 dan jenis Trigoniastrum hypoleucum Miq. indeks Ochiai 0,51. Regenerasi alami G. macrophyllus dan G. velutinus di lokasi penelitian tidak normal dimana tingkat semai tidak dijumpai, tingkat belta/pancang lebih besar dari pohon, dan keberadaan jenis ini sulit dijumpai di hutan.... Indonesia selain terkenal dengan ragam adat dan budaya juga terkenal dengan ragam spesies flora. Jumlah spesies tumbuhan berbunga di Indonesia menyusun 25% dari total tumbuhan berbunga di dunia dan sebagian besar merupakan spesies endemik Indonesia Kusmana & Hikmat, 2015. Tumbuhan memiliki manfaat beragam bagi kehidupan manusia seperti sumber bahan pangan, sandang, bangunan, kerajinan serta sebagai bahan pengobatan. ... Uni HusnudinNurul Avidhah ElhanyProgram ini bertujuan memupuk keterampilan pada ibu rumah tangga di Desa Talkandang Kecamatan Situbondo untuk mengolah rempah jahe dan temulawak menjadi instan yang merupakan produk jamu yang lebih praktis. Kegiatan ini akan dilaksanan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan dengan melibatkan dosen, mahasiswa dan ibu rumah tangga warga Desa Talkandang. Sasaran utama kegiatan ini yaitu ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu sosialisasi rencana kegiatan. Langkah selanjutnya yaitu proses pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan produk jamu instan hingga menjadi produk kemasan. Setelah program terlaksana diharapkan dapat mencapai salah satu tujuan program yaitu para peserta pelatihan bisa memproduksi jamu instan dalam skala rumah tangga dan dapat memasarkan produk jamu instan sehingga membantu menaikkan perekonomian ibu-ibu rumah tangga di Desa Talkandang Kecamatan Situbondo. Kata Kunci Pelatihan, jahe, temulawak, jamu instan... SWOT analysis of natural orchid conservation strategies was used to analyze the conservation strategy of natural orchids in the KEHATI AQUA Park, Wonosobo. This analysis is used as the basis for formulating natural orchid conservation strategies [11] [13][14][15]. SWOT analysis is the systematic identification of various factors to formulate strategies. ...Oktomarios DapalaSuwadji Siman Nanda Satya NugrahaThis study aims to determine the diversity of natural orchids and to design a strategy for preserving natural orchids in the KEHATI AQUA Park, Wonosobo. The data sought in this study were the type, number, diversity of orchids, and questionnaire respondent data. The results showed that there were three types of natural orchids in KEHATI AQUA Wonosobo Park, namely Dendrobium crumenatum, Eria retusa, and Liparis sp. Overall, the total number of orchids found was 487 individuals. The three types of orchids found were epiphytic orchids found on 6 types of host trees. Based on the questionnaire respondents' data which was carried out by a SWOT analysis, there were several strategies designed, namely optimizing the land for orchid conservation, utilizing existing facilities in cultivation green house , increasing the types of orchids to be cultivated and caring for and maintaining existing vegetation for orchid host trees, making policies aimed at preserving orchids and establishing cooperation with the orchid conservation community. The conclusion of this study is that there are 3 types of natural orchids in KEHATI AQUA Wonosobo Park, namely Dendrobium crumenatum with an INP value of Eria Retusa with an INP value of and Liparis sp with an INP value of a diversity index value of an evenness index value of and the species richness index value of and the alternative strategy used in the conservation of natural orchids in the KEHATI AQUA Park Wonosobo is the SO strategy or a strategy that is made to take advantage of all strengths to seize and take advantage of opportunities as much as possible.... Indonesia tercatat sebagai negara dengan kekayaan tumbuhan yang tinggi, namun sayang potensi sumberdaya genetik yang terkandung di dalamnya belum diketahui semuanya. Hanya sebagian kecil spesies tumbuhan yang telah diketahui informasi sumber daya genetiknya, terutama untuk jenis-jenis yang telah dikembangkan pemanfaatannya secara komersial. "Cecep Kusmana, Agus Hikmat. 2015" Eksploitasi terhadap keanekaragaman hayati, penebangan liar, konversi kawasan hutan menjadi area lain, perburuan dan perdagangan liar merupakan beberapa faktor yang menyebabkan terancamnya keanekaragaman hayati. Usaha yang dapat mendorong penyelamatan sumber daya alam yang ada, dan adanya realitas meningkatnya keterancaman dan kepunahan ...Azis Abdul MalikJoko Prayudha SRirin Anggreany Ahmad WalidABSTRAK Taman nasional merupakan salah satu kawasan konservasi terbaik untuk menyaksikan keindahan fenomena alam terutama untuk flora dan fauna endemik, langka dan dilindungi Kementerian Kehutanan, 2003 sehingga keberadaan taman nasional memiliki arti yang sangat strategis dan penting dalam keanekaragaman hayati tari peles. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Oleh UNESCO, taman nasional ini ditetapkan sebagai Klaster Situs Warisan. Pegunungan Hutan Hujan Tropis Sumatera Pegunungan Hutan Hujan Tropis Warisan Situs Klaster Sumatera bersama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Gunung Leuser. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2020 di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan TNBBS, Kabupaten Bintuhan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keanekaragaman hayati flora dan fauna Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, khususnya di kawasan taman nasional yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak jenis flora dan fauna yang memiliki keanekaragaman jenis, ditemukan jenis mamalia dan jenis burung, serta tumbuhan di kawasan TNBBS. Kata Kunci Keanekaragaman Hayati, Flora dan Fauna, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. ABSTRACT The national park is one of the best conservation areas to witness the beauty of natural phenomena, especially to witness endemic, rare and protected flora and fauna Ministry of Forestry, 2003, so that the existence of a national park has a very strategic meaning. and important in the biodiversity peles dance. Bukit Barisan Selatan National Park has a very rich biodiversity. By UNESCO, this national park was designated a Cluster Heritage Site. Sumatra Tropical Rainforest Mountains Mountainous Tropical Rainforest Herritage of Sumatra Cluster Site along with Kerinci Seblat National Park and Gunung Leuser National Park. This study was conducted in April to May 2020 in the Bukit Barisan Selatan National Park TNBBS, Bintuhan District, Kaur District, Bengkulu Province. This study aims to obtain information about the biodiversity of flora and fauna of the Bukit Barisan Selatan National Park, especially in the national park area which has a variety of flora and fauna. The results showed that there were many species of flora and fauna that had a diversity of species, found species of mammals and species of birds, and plants in the TNBBS area. Keywords Biodiversity, Flora and Fauna, Bukit Barisan Selatan National Park.... Konsep tersebut telah berkembang dihampir semua negara, walaupun masih terdapat perbedaan yang signifikan dalam penerapannya antara negara berkembang dengan negara maju. Salah satu potensi yang dimiliki oleh negara tropis seperti Indonesiaa dalah keragaman hayati flora dan fauna Cecep & Agus, 2015 yang dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali hama, seperti keberadaan musuh alami baik predator maupun parasitoid. ...M Sarjan Stella TheiHery HaryantoMery WindarningsihInterventions in the use of technology to farmers as an alternative in Pest Management in potato cultivation are highly expected by farmers in the Sembalun area. Therefore, it is worth trying its utilization on potato crops to control important pests that attack. The method used in this activity is the Action Research Method by applying the Participatory Action Program approach from participants through discussions, and group work on all activities. The results of the group discussion showed that the group members had largely not recognized the types and functions of natural enemies in Potato Pest Management. After joint observations accompanied by the team, participants actually knew the types of natural enemies, both predators, and parasitoids, but they did not know the role of natural enemies in the agroecosystem. After finishing the meeting, the group realized the importance of maintaining the presence of natural enemies of pests in the potato agroecosystem so that the use of pesticides, which had been the main control technique for pests, could be reduced. Thus, it is hoped that the potato farming business in Sembalun will increase profits and produce environmentally friendly productsBACKGROUND Indonesia with its tropical rainforest and its endemic flora, namely, Laportea decumana Robx Wedd. which is used as a traditional medicine. If we want to adopt it in complementary of nursing therapy as herbal medicine, it must be proven on an evidence-based. METHODS The design in this study was a literature review article. Search for articles using relevant ones obtained from data based on Pubmed, Proquest, Ebsco, ScienceDirect, and Google Scholar in the span of the past 10 years 2011–2021 obtained 248 articles. RESULTS There are seven articles that are relevant and discuss their content and use in the health. CONCLUSION L. decumana is found in Indonesia as well as in Papua New Guinea. L. decumana Robx Wedd. contains alkaloids, glycosides, steroids/triterpenoids, flavonoids, tannins, and saponins which have proven their antioxidant, antibacterial, analgesic, and cytotoxic Widianingsih NanuruLestari Dewi Prajogo WibowoBackground Pain is an unpleasant emotional experience that illustrates ongoing tissue damage. Excessive use of non-steroidal anti-inflammatory drugs can cause peptic ulcer to gastric mucosal damage and perforation. Indonesia contains the largest area of mangrove forest in the world. There are 45 species of mangrove found and one of them is Asiatic Mangrove Rhizophora mucronata. This type is easy to find and rich of alkaloids and flavonoids which can be used as analgesics. Method This study used post-test only control group design. The number of mice that used was 25 mice, divided into 5 groups. Which were given different therapies aquadest 10mL/KgBW, acetosal 150 mg/KgBW, extract of Rhizophora mucronata 250 mg/KgBW, 500 mg/KgBW, and 1000 mg/kg bw. The pain was induced by 0,7% glacial acetic acid at a dose of 10 mL/KgBW. The writhes of the mice was being calculated with an interval of 10 minutes in 30 minutes. Result The results of the analysis showed the decrease in writhes of mice in acetosal group dose 150 mg/kg bw, Rhizophora mucronata leaves extract dose 250 mg/kg bw, 500 mg/kg bw, and 1000 mg/kg bw. There was a significant difference in the results of the Mann-Whitney U test with pAbdul Haris SetiawanRyo TakaokaAgusti Tamrin Lilis TrianingsihThis study aims to support developing research in designing a vocational lesson and learning model for civil engineering education study program by examining students’ collaborative skills toward construction drawing skills as a substantial skill in civil engineering. This study investigated student performance for proposing collaborative learning approaches to improve student skills as needed by industry. It is an ex-post-facto study using 130 samples from several vocational high schools in Indonesia with descriptive statistics and regression for the data analysis. The results show that the collaborative skill is in a fair category of and the construction drawing skill is in a good category of on a 100 scale. There is a significant and positive influence of collaborative skill X toward construction drawing skill Y with a linear regression model Ŷ = + Furthermore, it presented a correlation coefficient of a determination coefficient R 2 of and an adjusted R 2 of where it can be concluded that the collaborative skill variable X as a predictor in the regression model includes the moderate category, which gives a 41% contribution in explaining the variants of the construction drawing skill Y as the dependent variable. It needs special attention to the specific behavioral details of the collaborative skill. The future work is needed to improve collaborative skills that emphasize prioritizing collaboration between peers and learning ini bertujuan untuk memformulasikan alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk Kebun Raya Baturraden. Strategi tersebut dapat memudahkan unit pengelola untuk pengembangan Kebun Raya Baturraden lebih baik lagi. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuisioner. Kebun Raya Baturraden sebagai wahana lingkungan memiliki fungsi konservasi dan wisata. Perkembangan fungsi konservasi Kebun Raya Baturraden ditandai dengan terus bertambahnya koleksi tanaman dari waktu ke waktu. Informasi yang didapat bahwa mulai tahun 2014 pengelolaan Kebun Raya Baturraden dan Tahura KGPAA Mangkunagoro I dipisah melalui Pergub No 20 Tahun 2014. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan pandangan masyarakat bahwa untuk mengembangkan potensi wisata kebun raya, kebun raya sebaiknya melakukan diversifikasi kegiatan, khususnya wisata edukasi. Wisata edukasi yang dikemas secara menarik adalah salah satu faktor yang dapat membuat pengunjung puas dan ingin berkunjung paper presents the structure and species composition of the primary lowland dipterocarp forest in Berau, East Kalimantan, Indonesia. This study was based on three undisturbed forest plots, 4 ha each, totalling 12 ha, where 93% of the trees dbh ≥ 10 cm were identified at the taxa level. The density, basal area and standing volume were on average and respectively 521 trees ha-1, 31 m2 ha-1 and 383 m3 ha-1. The dipterocarps represented about 25% of the tree population, 50% of the basal area and 60% of the standing volume. In primary forest 538 different taxa were recognised representing a mean of 182 tree species per ha. The families Dipterocarpaceae and Euphorbiaceae were the main important taxa in both density and number of species 61 species each. The structure of the forest of Berau is very similar to that of Sabah or other parts of Northern Borneo. However, the main characteristic of this forest is its remarkable richness in dipterocarps, in comparison with the northern parts of Borneo, which exhibits in mean 29 species ha-1 and 61 species for the 12 ha surveyed. The forests of Sabah are mainly dominated by light-demanding dipterocarp species such as Parashorea spp. and Dryobalanops spp. This could result from important canopy disturbances caused by climatic events like long period of drought or cyclone. The high species richness of the Berau forest may be linked to a longer stability and a relative constancy of the climate in the region. The hypothesis of a possible impact of drought events on the forest dynamics and consequently on species distribution and richness in Borneo is discussed. However, it is stressed that the lack of data for Kalimantan is undoubtedly an handicap for the analysis of phytogeographical variations within the region. In the study area, the first record for Indonesia of the two dipterocarps species Shorea leptoderma Meijer and Shorea symingtonii Wood demonstrates that our knowledge of the flora of Kalimantan is still to be hectares of primary forest in Central Kalimantan were enumerated and all trees 10 cm dbh tagged and identified to species as far as possible. Tree density, relative abundance of families and species diversity were calculated, as was a mean additive species/area curve for 1 ha and a species/area curve for all 15 ha. The Jaccard index of similarity was also calculated for the 15 plots. The 15 ha enumerated contain 8771 trees with a dbh of 10 cm, belonging to 1298 morphospecies in 56 families. On average a single plot had 583 trees and 205 species. These figures are within the upper range of species diversity for the Malesian region as a whole. Dipterocarpaceae make up 14% of all trees in the plots, closely followed by Euphorbiaceae with 13%. A surprisingly low coefficient of similarity is found between the plots, the lowest being 3% and the highest 30%. Species/area curve construction showed that the asymptote is not reached in any of the 1 ha plots or when the 15 plots are added C. WhitmoreK. SidiyasaA lowland rain forest plot in Sulawesi is compared with similarly documented plots in other parts of the change in a sub-tropical rain forest successionAbdulhadiAbdulhadi. 1992. Floristic change in a sub-tropical rain forest succession. Reinwardita 11 and floristic composition of a mixed dipterocarp forest at Lempake, East KalimantanS RiswanRiswan S. 1987. Structure and floristic composition of a mixed dipterocarp forest at Lempake, East Kalimantan. Pp. 435-457 in
akanterganggu pula. Kekhawatiran terhadap adanya kecenderungan beberapa fauna yang sudah mengalami kelangkaan dan kepunahan dapat di antisipasi dengan upaya pencegahan. Upaya pencegahan terhadap kepunahan itu adalah perlindungan terhadap fauna yang bersangkutan.6 Sumber daya alam hayati yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan Daftar hewan dan tumbuhan langka di Indonesia. Foto PixabayIndonesia merupakan negara kepulauan yang dikenal akan keragaman flora dan faunanya. Namun, ternyata juga ada berbagai jenis tumbuhan dan hewan langka yang ada di Indonesia, yang keberadaannya haruslah dilestarikan agar terhindar dari pada buku Conservation of Indonesian Plant Diversity A Case Study of Threatened Plant Conservation in the Botanic Gardens tahun 2017 menyebutkan bahwaKeanekaragaman tumbuhan yang ada di Indonesia mengalami ancaman kepunahan yang makin serius, di mana 437 spesies telah terancam kepunahan, dan bahkan mencapai lebih dari 600 spesies apabila kategori Hampir Terancam Near Threatened hewan dan tumbuhan langka yang ada di IndonesiaTak hanya tumbuhan di Indonesia yang banyak mengalami kelangkaan, hal yang sama juga berlaku pada satwa yang ada di negara tercinta ini. Jumlah satwa Langka yang terancam punah di Indonesia adalah 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil, 91 jenis ikan dan 28 jenis invertebrata dilansir dari situs IUCN.Berikut ini adalah beberapa daftar hewan dan tumbuhan langka yang ada di Indonesia yang penting untuk diketahuiDaftar tumbuhan langka di IndonesiaEdelweis Jawa, yang tumbuh di puncak gunung ini rawan punah dan hanya bisa ditemukan di Gunung Rinjani Gunung Papandayan, Gunung Pangrango dan Gunung Tebu, dengan ukuran yang besar dan corak mirip kulit Harimau, membuat tanaman ini menjadi buruan banyak orang. Anggrek Tebu terancam kepunahan karena membutuhkan waktu untuk tumbuh dan berkembang yang sangat Ardnoldii atau bunga padma raksasa juga merupakan tumbuhan langka yang terancam punah karena pembukaan lahan hutan yang tak hewan langka di IndonesiaOrang utan, yang populasinya semakin berkurang karena banyaknya pembalakan hutan di bercula satu, hanya tersisa 50 ekor saja di Ujung KulonHarimau Sumatera, tinggal 500 ekor saja jumlahnya di hutan Jawa, diperkirakan populasinya hanya tersisa 250 ekor beberapa contoh tumbuhan dan hewan langka yang ada di Indonesia. Adelliarosa PALAGKARAYA Kalteng- Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Achmad Diran mengatakan telah menghentikan sementara penerbitan izin tambang dan perkebunan di beberapa kabupaten karena banyaknya keluhan masyarakat. "Moratorium pemberian izin tambang dan perkebunan di 7 kabupaten ini mulai berlaku sejak Maret 2012," katanya di depan Tim Kepak Sayap Enggang dan Mata Harimau Tur Kalimantan di Contents1 Hewan-hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia Pelestarian Flora Fauna di Jenis-jenis Hewan dan Tumbuhan Langka di Penyebab Utama Kelangkaan Tumbuhan dan Hewan di Share thisHewan-hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia Lengkap – Indonesia adalah negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Hutan lebat di sepanjang katulistiwa ditumbuhi ribuan pohon dan tumbuhan langka. Juga, merupakan tempat berlindung bagi banyak satwa. Akan tetapi, lahan perhutanan yang kian lama kian menyempit mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan langka di Indonesia terancam punah. Untuk itu berikut ini akan dijelaskan cara Flora Fauna di IndonesiaPemerintah terus menggalakan berbagai cara untuk melindungi flora fauna yang langka. Telah dibuatkan khusus cagar alam untuk melindungi ekosistem juga tumbuhan langka dan suaka margasatwa sebagai tempat untuk melindungi hewan-hewan yang nyaris punah. Contoh cagar alam dan suaka margasatwa di Indonesia antara lain adalahCagar Alam Waigeo Papua, sebagai tempat perlindungan endemik timur yang langkaCagar Alam Ujung Kulon, untuk perlindungan badak dan banteng beserta ekosistemnyaCagar Alam Krakatau di Selat Sunda, sebagai tempat konservasi tumbuh-tumbuhan hijau langkaSuaka Margasatwa Pulau Komodo, sebagai tempat konservasi dan penangkaran KomodoSuaka Margasatwa Gunung Leuser Aceh, sebagai tempat konservasi Rusa dan endemik SumatraBeberapa Suaka Margasatwa di Kalimantan yang melindungi Orang Utan, Monyet, dan Babi HutanSelain upaya diatas, dilakukan pula berbagai usaha lain seperti tebang pilih tanam, hutan lindung, pembuatan terasiring di lahan-lahan miring, dan penyuluhan-penyuluhan dari pemerintah tentang pentingnya menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat membantu penyelamatan hewan dan tumbuhan dari Hewan dan Tumbuhan Langka di IndonesiaSaat ini jenis tumbuhan dan satwa yang mulai sulit diketemukan semakin banyak, padahal dulunya jumlahnya mencapai ribuan. Akan tetapi, sejak awal ada pula spesies yang keberadaanya memang langka, diantaranya adalahBurung Cendrawasih, burung yang dijuluki burung surga ini hanya terdapat di Dragon, hewan purba besar yang masih tersisa dan berada di Pulau Bali, hewan endemik ini hanya ditemukan di Pulau Bali bagian Mahakam, atau lumba-lumba air tawar yang hanya ada di perairan Pulau Bangkai, suweg beraroma busuk yang ditemukan di wilayah Pulau Arnoldi, adalah bunga raksasa yang banyak tumbuh di Provinsi Javanica, jenis Edelweiss yang hanya tumbuh di gunung-gunung wilayah Pulau Utama Kelangkaan Tumbuhan dan Hewan di IndonesiaMeskipun Indonesia memiliki sebagian besar jenis spesies flora fauna dunia, namun seiring berjalannya waktu jumlahnya semakin memprihatinkan. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lainSifat manusia yang serakah mengeruk keuntungan dari hewan dan tumbuhan langka di Indonesia menjadi faktor utama penyebab hampir punahnya keberadaan berhasil beradaptasi. Sebagian flora fauna Indonesia tidak dapat beradaptasi dengan baik karena perubahan cuaca yang makin tidak menentu dan ekosistem mereka yang terus saja mengalami dan penebangan hutan secara liarReproduksi semakin menurun dan keturunan berkualitas rendahDemikianlah ulasan yang bisa Anda baca dan Anda pelajari artikel tentang Hewan-hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia Lengkap ini. Seoga dengan adanya ulasan ini bisa membantu dan bermanfaat untuk Anda semuanya. Terimakasih sudah membaca ulasan juga tentangBeberapa Peninggalan Sejarah Islam Beserta Penjelasannya LengkapRelasi dalam Matematika Pengertian, Cara Penyajian dan Contohnya LengkapSumsum Tulang Belakang Medula Spinalis Fungsi dan Strukturnya Lengkap

Berikutadalah 6 hewan langka di Indonesia yang harus dilindungi agar tidak punah. 1. Orang utan Dilansir World Wide Fund (WWF) Indonesia, terdapat tiga spesies orang utan yang hidup di Indonesia, yakni orang utan Sumatera, orang utan Kalimantan, dan orang utan Tapanuli.

Flora di Indonesia beragam jenisnya - Flora dan fauna di Indonesia ternyata cukup beragam, lo. Flora dan fauna ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Flora adalah segala jenis tumbuhan dan tanaman yang ada di muka bumi. Sedangkan fauna adalah semua jenis hewan yang hidup di muka bumi. Beberapa faktor seperti tanah, iklim, bentuk muka bumi, dan faktor dari makhluk hidup lainnya ternyata memengaruhi persebaran flora dan fauna. Baca Juga Fakta Menarik Pulau Sempu di Malang Selatan yang Kaya akan Flora dan Fauna Enggak hanya ada di satu wilayah, tetapi keanekaragaman flora dan fauna tersebar di wilayah Indonesia. Menurut buku Atlas Flora dan Fauna Indonesia 2001 yang dikutip dari tercatat di kawasan Indonesia ditempati jenis satwa vertebrata non ikan. Di antaranya ada endemik yang berjumlah 848, jenis ini hanya ada di Indonesia. Baca Juga Sejarah Kerupuk di Indonesia, Ternyata Sudah Ada Sejak Abad ke-9 Masehi Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Komodo www.bookmundi.com. Komodo atau Varanus Komodoensis merupakan hewan asli Indonesia yang tepatnya dari pulau Komodo ini sangat popular di dunia. Saat ini habitat komodo di alam bebas sudah mulai berkurang dan hanya tinggal beberapa ratus ekor saja. Oleh karena itu Pmerintah Indonesia berupaya menjaga kelestarian hewan ini karena hewan ini

- Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keragaman flora dan faunanya yang tersebar di berbagai wilayah. Keanekaragaman flora dan fauna ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi geologi Indonesia sejak zaman Pleitosen. Selain itu, posisi Indonesia yang diapit oleh Benua Asia dan Austalia mempengaruhi keragaman flora dan fauna di negeri umum, wilayah Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu bagian timur, bagian barat, dan bagian peralihan atau tengah. Baca juga Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Ketiga bagian itu memiliki ciri flora dan fauna yang barat sangat mirip dengan flora dan fauna di Asia sehingga disebut Asiatis. Sementara bagian timur, flora dan faunanya memiliki kemiripan dengan yang ada di Australia sehingga bagian ini disebut Australiatis. Sedangkan bagian tengah atau peralihan, disebut sebagai zona Wallace dengan ciri flora dan fauna yang berbeda dengan barat dan timur. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Dok. Encyclopaedia Britannica Garis khayal pemisah flora dan fauna Indonesia Garis Wallace biru, Garis Weber ungu, dan Garis Lydekker hijau.Encyclopaedia BritannicaAdapun ketiga bagian tersebut dipisahkan dengan garis Weber dan Wallace. Garis Wallace adalah garis yang memisahkan bagia barat dan tengah, sementara Garis Weber adala garis yang memisahkan bagian tengah dan timur.

Manusiaterhadap faktor yang sangat menentukan terhadap proses penyebaran flora dan fauna di muka bumi, namun keterlibatannya yang paling akhir baru setelah zaman penjelajahan dimulai. Keadaan lingkungan alam Indonesia yang bervariasi menyebabkan Indonesia kaya akan flora dan fauna. Indonesia terdapat 10% spesies tanaman, 12% spesies
Keragaman hayati yang dimiliki Negara Indonesia tidak perlu diragukan lagi keberadaannya. Bahkan Indonesia dikenal juga sebagai rumah bagi ratusan spesies tumbuhan dan hewan endemik Baca Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Meskipun begitu, keberadaan flora maupun faunanya sedang mengalami ancaman kepunahan. Jika terus diabaikan tidak menutup kemungkinan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia akan terus berkurang bahan beberapa diantaranya mengalami kepunahan, termasuk tumbuhan asli Indonesia. Menurut Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati IPH LIPI mengatakan beberapa penyebab punahnya 393 jenis tumbuhan yang ada di Indonesia umumnya disebabkan oleh, eksploitasi lahan, alih fungsi lahan, pencemaran lingkungan yang terjadi di ekosistem darat dan perairan, pengaruh tanaman yang berasal dari luar dan bersifat invasif, serta melakukan penebangan terhadap tanaman yang dilindungi Baca Flora dan Fauna yang Dilindungi di Indonesia. Dampak kelangkaan tumbuhan ternyata juga mempengaruhi keberadaan hewan – hewan lain. Atau dengan kata lain, kehidupan tumbuhan memiliki hubungan dengan kehidupan hewan, jika tumbuhan mengalami kepunahan beberapa hewan juga akan mengalami kelangkaan di alam bebas. Dan di bawah ini adalah beberapa penyebab kelangkaan yang terjadi pada tumbuhan di Fungsi LahanSalah satu penyebab munculnya kelangkaan yang terjadi pada tumbuhan di Indonesia yakni adanya alih fungsi lahan. Setiap tahunnya alih fungsi lahan terus mengalami peningkatan demi memenuhi kebutuhan manusia. salah satu tanaman yang terancam keberadaannya akibat alih fungsi lahan yaitu kantong semar Genus nepenthes. Tumbuhan pemakan serangga ini banyak hidup di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, mengenai Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar menyebutkan bahwa sebanyak 294 spesies yang dilindungi oleh undang – undang, baik dari kelompok hewan maupun tumbuhan, termasuk kantong semar. Meskipun statusnya sudah langka, pemerintah kurang memberikan perhatian khusus untuk mencari solusi dalam melestarikan LingkunganPencemaran lingkungan tidak bisa dihindari beberapa tahun terakhir ini. Pencemaran lingkungan ada beragam jenisnya seperti pencemaran air, pencemaran udara, hingga pencemaran udara. Seperti yang kita ketahui jika air, udara, dan tanah merupakan komponen paling penting bagi tumbuhan. Jika salah satu komponen tersebut mengalami pencemaran, sudah tentu akan menghambat keberlangsungan hidup tumbuhan. Seperti contoh sungai yang mengalami pencemaran sudah tentu mengandung bahan – bahan berbahaya dan jika berhasil diserap oleh akar tumbuhan, maka tumbuhan tersebut menjadi cepat mati. Jika hal ini terjadi pada tumbuhan – tumbuhan yang dilindungi, sudah tentu populasi tumbuhan tersebut semakin berkurang hingga pada akhirnya terjadi Iklim Ekstrim Penyebab Timbulnya PenyakitPerubahan iklim yang terjadi begitu cepat membuat makhluk hidup kesulitan dalam beradaptasi, termasuk pada tumbuhan. Penyakit yang biasa menyerang tumbuhan akibat perubahan iklim biasanya disebabkan oleh jamur dan virus. Persebarannya bisa melalui air atau udara dari tanaman yang sakit ke tanaman lainnya. Persebaran penyakit tersebut paling banyak terjadi ketika memasuki musim penghujan di mana lingkungan di sekitar tumbuhan mempunyai kelembaban yang tinggi. Ditambah jika musim penghujan berlangsung sangat lama, tidak menutup kemungkinaan akar tumbuhan menjadi cepat busuk dan tumbuhan menjadi Dan Mengeksploitasi Tanaman DilindungiKebutuhan manusia terus mengalami peningkatan hal ini juga berpengaruh terhadap ketersediaan sumber daya alam yang terdapat di alam. Dalam membangun rumah misalnya, manusia membutuhkan kayu berkualitas, kuat serta memiliki nilai jual yang tinggi. Tidak heran jika banyak pohon yang statusnya dilindungi namun masih banyak diburu, sehingga keberadaan pohon – pohon tersebut semakin langka di alam. Seperti contoh tanaman cendana yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan parfum, menjadi sangat langka karena tahap awal pertumbuhan cendana adalah tanaman parasit dan membutuhkan inang tanaman lain untuk dapat hidup. Selain cendana, ada pula tanaman lain seperti pohon ulin yang terkenal mempunyai batang pohon yang amat kuat. Meskipun termasuk tanaman langka, banyak orang berburu pohon ulin untuk keperluan seperti pembuatan jembatan, konstruksi hingga pembuatan AlamBencana alam juga turut berperan dalam menyebabkan kelangkaan pada tumbuhan di Indonesia, seperti banjir, tanah longsor hingga kekeringan. Saat terjadi tanah longsor, banyak tumbuhan yang turut terangkat dari permukaan tanah dan mengakibatkan tumbuhan kehilangan tempat berpijaknya yaitu tanah. Ketika bencana kekeringan sedang melanda, banyak sumber air seperti sungai dan air tanah mengalami kekurangan. Tidak heran banyak tumbuhan mati akibat tidak tersedia air yang berada di dalam tanah. Untuk tanaman yang dapat bertahan hidup pada lingkungan sedikit air, sudah tentu akan terus hidup di lingkungan yang kering sekalipun. Sedangkan tanaman yang tidak dapat bertahan akan mati dan jumlahnya akan terus mengalami penurunan serta menjadi langka jika tidak segera Spesies BaruKemunculan jenis tanaman baru terbukti dapat mengancam keberadaan tumbuhan endemik yang sudah ada terlebih dahulu pada suatu wilayah. Spesies baru ini biasanya terjadi karena adanya persebaran benih yang dilakukan oleh angin ataupun burung. Akan tetapi saat ini persebaran jenis tanaman baru lebih banyak dilakukan oleh kegiatan manusia. Manusia dengan cepat dan mudah menyebarkan benih tumbuhan baik yang dibawa dengan sengaja ataupun tidak seperti menempel pada celana, sepatu atau kaos kaki. Jika benih tersebut jatuh pada lingkungan baru serta kondisi alam yang sesuai dengan pertumbuhan benih, bisa menimbulkan persaingan antara spesies lokal dengan spesies pendatang di kemudian hari. Untuk jenis tanaman yang tidak lokal yang tidak dapat bertahan, secara perlahan jumlah mereka akan berkurang dan keberadaannya menjadi langka di alam Berkembang BiakAda beragam cara yang dilakukan oleh tanaman untuk dapat mempertahankan keturunannya. Bahkan salah satunya membutuhkan bantuan makhluk hidup lain seperti hewan atau tanaman inang. Tidak hanya itu saja, lingkungan juga turut mempengaruhi proses perkembangbiakan tumbuhan. Jika lingkungan tidak sesuai untuk melakukan proses perkembangbiakan, biasanya tumbuhan tersebut tidak akan memasuki fase generatif. Bahkan jika lingkungan tempat tumbuhan tersebut sudah sesuai sekalipun, terdapat faktor lain yang menghalangi proses perkembangbiakan tumbuhan menjadi terhambat. Seperti yang terjadi pada populasi Amorphophallus titanium diketahui mengalami penurunan akibat burung enggang sebagai agen penyebaran bibit bunga tersebut diburu secara liar. Maka tidak heran status bunga Amorphophallus menjadi tanaman langka di Indonesia bersamaan dengan Rafflesia tadi beberapa penyebab tumbuhan di Indonesia mengalami kelangkaan. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat.

Beberapapenyebab spesies di bumi mengalami kepunahan adalah sebagai berikut: Hilangnya habitat. Faktor utama penyebab punahnya satwa di bumi adalah kehilangan habitat atau tempat tinggal. Beragam ekosistem baik di darat maupun laut mengalami perusakan demi pembangunan gedung, jalan, dan pembangunan-pembangunan lainnya. Eksploitasi Alam.

- Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan flora dan fauna. Sebagian besar flora dan fauna di Indonesia merupakan spesies yang dilindungi. Dikutip dari buku Atlas Flora dan Fauna Indonesia 2001, Indonesia memiliki spesies vertebrata non-ikan. Sebanyak 848 di antaranya merupakan spesies endemik atau spesies yang hanya ada di Indonesia. Indonesia juga memiliki jenis tanaman tinggi dari tanaman di dunia. Dari spesies, sekitar sampai merupakan tumbuhan endemik Indonesia. Flora dan fauna Indonesia beragam di berbagai daerah. Berdasarkan wilayah dan karakteristiknya, persebaran flora dan fauna dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Indonesia bagian barat, timur dan tengah. Tiga bagian wilayah dipisahkan oleh garis Wallace dan garis Weber. Garis Wallace membentang barat dan tengah, sedangkan Garis Weber memisahkan Indonesia dari tengah dan timur. Baca juga Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Berikut flora endemik di Indonesia beserta persebarannya Indonesia Bagian Barat Flora tumbuh di berbagai belahan dunia. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, iklim, jenis tanah, tinggi rendah permukaan bumi, atau biotiknya. Iklim memiliki dampak besar, terutama pada suhu dan curah hujan. Daerah dengan curah hujan tinggi adalah hutan dengan beragam spesies tanaman. Di sisi lain, daerah dengan curah hujan yang rendah tidak memiliki banyak hutan yang lebat dan padang rumput yang luas dengan semak belukar yang rindang. Flora Indonesia bagian barat meliputi berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan pulau-pulau sekitarnya.
WaspadaMusim Hujan : Fenomena Ular di Permukiman _ Beberapa waktu lalu, muncul berbagai berita mengenai keberadaan Ular Kobra yg semakin sering muncul 35 comments on LinkedIn

- Persebaran flora dan fauna di Indonesia berpengaruh langsung pada keanekaragamanhewan dan tumbuhan di setiap daerah. Berkat iklim tropis, Indonesia mampu menampung banyak jenis flora dan fauna. Bahkan, di tahun 2018 portal resmi Indonesia menyebutkan bahwa keberagaman flora dan fauna di Nusantara merupakan yang tertinggi di dunia. Setidaknya sebanyak 10 persen atau lebih dari jenis flora yang ada di dunia terdapat di Indonesia. Sedangkan jenis fauna di Indonesia mencapai lebih dari jenis, meliputi mamalia, burung, reptil, hingga serangga. Flora dan fauna tinggal di sebuah ekosistem dengan kondisi mendukung. Ekosistem terbentuk di dalam sebuah biosfer atau lapisan di mana hewan, tumbuhan, dan manusia tinggal. Biosfer cocok sebagai ruang hidup karena memiliki unsur-unsur lingkungan termasuk iklim, tanah, air, sinar matahari, dan yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di Indonesia Secara umum, studi geografi memberikan pemahaman bahwa ada 4 macam faktor yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di dunia. Keempatnya adalah iklim, edafik, biotik, dan tentang masing-masing faktor tersebut, sebagaimana termuat dalam Modul Geografi XI KD. dan terbitan Kemdikbud, adalah sebagai berikut. 1. Faktor IklimIklim bisa memberikan pengaruh dominan terhadap persebaran flora dan fauna di bumi. Kenyataannya, wilayah yang mempunyai iklim ekstrem dihuni flora dan fauna dengan ragam spesies jauh lebih sedikit dibandingkan yang ada di kawasan beberapa jenis faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna. Di antara sejumlah faktor yang termasuk dalam kategori iklim adalah suhu udara, kelembapan, angin, dan curah hujan. Bagaimana faktor-faktor itu dapat memengaruhi persebaran flora dan fauna?a. Suhu UdaraPerbedaan letak geografis-astronomis, sudut datangnya sinar matahari, jarak daratan dengan lautan, ketinggian lokasi, dan tutupan lahan membuat suhu udara di setiap wilayah tidak seragam. Sementara itu, kehidupan tumbuhan maupun hewan terkait erat dengan kondisi suhu spesies tertentu memerlukan suhu udara ideal di lingkungan hidupnya agar dapat tetap bertahan dan berkembang biak. Karena itu, kawasan dengan suhu non-ekstrem, atau tidak terlalu panas maupun dingin, umumnya layak menjadi tempat hidup banyak jenis spesies flora dan fauna. Suhu udara juga bisa memengaruhi kondisi vegetasi di suatu wilayah. Vegetasi yang terdapat di wilayah tropis, gurun, kutub dan lainnya tidak bisa Kelembapan udaraKelembaban udara menunjukkan tingkat uap air yang terkandung di udara. Kelembapan berpengaruh langsung terhadap kehidupan flora. Ada tumbuhan yang cocok hidup hanya di daerah kering, lembab, atau sebab itu, jenis-jenis tumbuhan bisa dikategorisasikan berdasar tingkat kelembapan wilayah keberadaannya. Setidaknya ada 4 jenis yang perlu diketahui, yakni Xerophyta tumbuhan yang tahan di lingkungan kering atau kelembaban udara sangat rendah. Contoh kaktus. Mesophyta tumbuhan yang cocok hidup di lingkungan lembab tetapi tidak basah. Contoh anggrek dan cendawan. Hygrophyta tumbuhan yang cocok hidup di kawasan basah. Contoh teratai, eceng gondok, selada air. Tropophyta tumbuhan yang bisa beradaptasi di daerah pemililk musim hujan dan musim kemarau. Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim tropis monsun tropis. Contoh jati dan ekaliptus. c. AnginAngin sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan. Di daerah terbuka, hanya tumbuhan berakar dan berbatang kuat yang dapat bertahan hidup di tengah terpaan angin kencang. Angin pun bisa membantu penyerbukan atau pembuahan pada beberapa jenis tanaman, sehingga regenerasi terjadi. Tumbuhan tertentu penyebaran benihnya juga dibantu angin, seperti yang terjadi pada spora paku-pakuan pteridophyta.d. Curah HujanCurah huja jelas menjadi penentu persebaran flora dan fauna karena air adalah sumber utama kehidupan. Beragam jenis hewan dan tumbuhan sangat tergantung pada curah hujan dan kelembaban udara. Tingkat curah hujan dapat membentuk karakter khas formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan vegetasi ini mengakibatkan ada hewan-hewan tertentu yang bisa hidup. Hal ini bisa terjadi karena banyak jenis hewan mengandalkan tumbuhan sebagai sumber hujan tropis yang bisa tumbuh di kawasan dengan curah hujan 1000-2000 mm dan suhu udara 20-30 derajat celcius memiliki keragaman flora sekaligus fauna yang kaya. Kondisi berbeda ada di padang rumput stepa yang berkembang di wilayah dengan curah hujan 200-1000 mm dan suhu -20 sampai 10 derajat Faktor Edafik TanahFaktor edafik kondisi tanah berpengaruh besar pula pada persebaran flora dan fauna. Tanah jadi media utama bagi tumbuhnya vegetasi. Kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan vegetasi seperti unsur hara, kebutuhan bahan organik humus, air dan udara disediakan oleh tanah. Tanah subur memberikan dampak baik bagi pertumbuhan tanaman. Hewan lalu bakal lebih mudah menemukan makanan jika tanaman di sekitarnya tumbuh fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi adalah Tekstur ukuran butiran tanah atau tingkat kekasaran tanah Tingkat Kegemburan tanah gembur memudahkan tumbuhan menyerap mineral Mineral Organik Humus Mineral Anorganik Unsur hara seperti Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Fosfor Kandungan Air Tanah Kandungan Udara Tanah semakin gembur, kandungan udara tanah bertambah besar. 3. Faktor Fisiografi Relief bumiKeragaman bentuk permukaan bumi memengaruhi persebaran flora dan fauna. Relief bumi dapat membantu atau mempersulit hewan dan tumbuhan berkembang. Kawasan pegunungan, misalnya, bisa menghambat penyebaran tumbuhan. Terhambatnya perkembangan vegetasi pada akhirnya berdampak pula pada kondisi fauna. Selain itu, kemiringan lereng dapat memengaruhi tumbuh kembang tanaman. Lereng yang membelakangi sinar matahari mempersulit beragam jenis tanaman untuk tumbuh dengan muka bumi yang beragam bisa memicu perbedaan suhu dan kelembapan udara sehingga berpengaruh pada jenis vegetasi, dan karena itu, memengaruhi spesies hewan yang bertahan. Perbedaan suhu dan kelembapan udara, misalnya, karena faktor tinggi-rendah Faktor Biotik mahluk hidupMakhluk hidup, baik tumbuhan, hewan, maupun manusia juga bisa memengaruhi persebaran flora dan fauna di bumi. Peran yang terbesar, untuk saat ini, ada di manusia. Perilaku manusia yang melestarikan lingkungan akan berdampak positif terhadap keberadaan flora dan fauna. Sebaliknya, kegiatan manusia merusak lingkungan bahkan dapat membuat spesien flora dan fauna tertentu kasus tanaman, tumbuhan yang memiliki daya adaptasi kuat akan menghambat tumbuhan lain dengan kemampuan lebih lemah. Kondisi ini lantas memicu satu jenis vegetasi mendominasi suatu wilayah. Sedangkan dalam konteks hewan, keberadaan cacing yang bisa menyuburkan tanah dan membantu banyak jenis tanaman berkembang, merupakan dan persebaran flora di Indonesia Jenis-jenis flora yang ada di Indonesia dibedakan atas persebarannya. Mengutip e-book "Uniknya Flora Fauna Indonesia" terbitan Kemendikbud, Indonesia memiliki empat kawasan utama persebaran flora, meliputi 1. Flora Sumatera-Kalimantan Wilayah Sumatera dan Kalimantan didominasi dengan iklim tropis basah. Iklim ini menyebabkan wilayah tersebut memiliki curah hujan yang tinggi juga kelembaban udara yang tinggi. Jenis flora atau vegetasi yang banyak tumbuh di kawasan ini kebanyakan tanaman yang menghuni hutan hujan tropis. Jenis-jenis flora di kawasan Sumatera anatra lain kayu meranti, damar, berbagai jenis anggrek, lumut, jamur cendawan, paku-pakuan, serta mangrove di wilayah sekitar pantai. 2. Flora Jawa-Bali Wilayah Jawa-Bali memiliki iklim yang bervariasi, Semakin ke arah timur, curah hujan di kawasan Jawa-Bali cenderung lebih rendah. Sehingga wilayah ini memiliki dua tipe iklim utama, yaitu iklim hutan hujan tropis dan iklim muson tropis. Selain dua iklim tersebut, terdapat pula iklim sabana tropis yang terletak di Bali. Jenis-jenis floranya meliputi flora hutan hujan tropis, flora hutan muson seperti Jati, flora sabana tropis seperti rumput, flora pesisir seperti bakau, dan flora yang terdapat di pegunungan seperti pinus dan cemara. 3. Flora Kepulauan Wallacea Wilayah ini merupakan wilayah di Indonesia bagian tengah, meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Timor, dan Kepulauan Maluku. Jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, iklim di kawasan ini cenderung lebih kering dan memiliki kelebababan yang lebih rendah. Jenis flora yang ada di kawasan Kepulauan Wallacea antara lain Nusa Tenggara didominasi dengan vegetasi sabana dan stepa tropis. Sulawesi dengan vegetasi hutan pegunungan Maluku dengan vegetasi hutan campuran yang terdiri dari berbagai jenis rempah-rempah, termasuk cengkeh, kayu manis, pala, lontar, dan kayu ebony. 4. Flora Papua Wilayah ini dipengaruhi oleh iklim hujan tropis. Namun, yang membedakannya dengan wilayah Sumatera-Kalimantan atau Jawa-Bali, flora yang terdapat di wilayah Papua dipengaruhi oleh corak Australia Utara, contohnya eucaliptus kayu putih. Wilayah Papua juga memiliki vegetasi pegunungan dan pantai seperti pinus dan bakau. Jenis-jenis fauna di Indonesia Jenis-jenis fauna di Indonesia dibagi dalam tiga wilayah utama yang dipisahka oleh garis Wallace dan garis Webber. Garis Wallace memisahkan kelompok hewan yang bercorak Asia dan kelompok hewan peralihan, sementara garis Weber memisahkan kelompok hewan bercorak Australia. Persebaran fauna di Indonesia yaitu 1. Fauna Indonesia Barat Wilayah Indonesia Barat meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Ciri fauna yang terdapat di wilayah ini cenderung dipengaruhi oleh corak Asia atau Asiatis. Jenis-jenis fauna yang tersebar di wilayah ini meliputi Mamalia harimau, gajah, badak bercula satu, rusa, banteng, kerbau, monyet, orang utan, babi hutan, landak, tikus, kijang, kancil, dan kukang. Reptil ular, buaya, kadal, bunglon, tokek, dan biawak. Burung elang, jalak, merak, kutilang, burung hantu, dan unggas. Serangga belalang dan capung. Ikan ikan air tawar dan pesut. 2. Fauna Indonesia Tengah Kepulauan Wallacea Wilayah Indonesia Tengah meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Timor, dan Kepulauan Maluku. Jenis-jenis fauna yang terdapat diwilayah ini bercorak peralihan. Jenis-jenis fauna yang tersebar di wilayah ini meliputi Mamalia anoa, dugong, tarsius, sapi, kuda, babi rusa, kuskus, monyet seba, dan monyet hitam. Reptil komodo, biawak, buaya, ular, dan soa-soa. Amfibi berbagai jenis katak. Burung dewata, maleo, raja udang, kakatua, nuri, merpati, angsa, mandar, dan rangkong. 3. Fauna Indonesia Timur Wilayah ini meliputi wilayah Papua dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Di kawasan Indonesia Timur, jenis-jenis faunanya dipengaruhi oleh corak Australis, meliputi Mamalia kanguru, wallaby, nokdiak atau landak Irian, opposum, kuskus, dan kelelawar. Reptil ular, buaya, biawak, dan kadal. Amfibi berbagai jenis katak Burung cendrawasih, kasuari, kiwi, mamundur, nuri, dan raja udang. Baca juga Pemerintah Serius Selamatkan Flora dan Fauna Khas Indonesia Cabang Ilmu Biologi dari A-Z Agronomi, Biokimia, sampai Zoologi - Pendidikan Kontributor Yonada NancyPenulis Yonada NancyEditor Yulaika Ramadhani

.
  • fbw537hgrz.pages.dev/688
  • fbw537hgrz.pages.dev/972
  • fbw537hgrz.pages.dev/935
  • fbw537hgrz.pages.dev/955
  • fbw537hgrz.pages.dev/452
  • fbw537hgrz.pages.dev/522
  • fbw537hgrz.pages.dev/795
  • fbw537hgrz.pages.dev/192
  • fbw537hgrz.pages.dev/465
  • fbw537hgrz.pages.dev/128
  • fbw537hgrz.pages.dev/447
  • fbw537hgrz.pages.dev/721
  • fbw537hgrz.pages.dev/759
  • fbw537hgrz.pages.dev/809
  • fbw537hgrz.pages.dev/689
  • kelangkaan beberapa spesies flora dan fauna di indonesia merupakan fenomena